M. Nahrowi | Official Site

Bagaimana Strategi Luxury Brand Menjual Produk Mereka Saat Krisis?

Salam, semoga sepagi ini senantiasa selalu diberikan kesehatan dan banyak hal baik hari ini untuk semua, pagi ini saya mencoba merefleksi mengenai apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini, bagi kami yang setiap harinya bergerak dalam bidang konsumen behaviour baik itu praktis atau teoritis, ini mungkin terasa tapi belum tentu dirasakan oleh orang lain. kenapa? karena ini bisa terasa karena kami menjalani hari-hari dengan ritme dan pola yang sangat dekat dengan konsumen dan market. sebagai contoh kenapa trend hari ini berubah? kenapa trend malam tadi berubah dan tidak sama dengan pagi ini? itu hal-hal yang sangat dinamis dengan perubahan hitungan jam, kami tentu waspada atau mungkin dituntut untuk waspada dengan perubahan itu.

Mengutip diskusi dalam topik business strategy, pada dasarnya yang saya dapatkan ini adalah tentang seni untuk bertahan atau melakukan penetrasi market dan dari semua hal itu tidak ada yang pasti, tidak ada yang benar-benar, karena semua harus disesuaikan dengan kondisi dan situasinya, kemampuan kita membaca dan menganalisis inilah yang perlu diasah, bukan tentang teori tapi lebih ke sensing, merasakan perubahan dan itu butuh berlatih dan praktik.

Banyak buku-buku yang mengajarkan atau menuliskan teori dan konsep strategi, misalnya good & bad strategy dalam business, ada juga strategi untuk menjadi unik dan lainnya, tapi dari semua itu tanpa adanya implementasi akan menjadi kurang rasanya, sedangkan strategi adalah seni untuk membaca dan bersikap harus melakukan apa, itupun sama seperti dalam kondisi saat ini, sebuah perusahaan barang-barang mewah yang mungkin kita lewat saja atau datang disana dengan nuansa toko yang mewah tapi dengan etalase produk yang hanya beberapa, kita bisa hitung berapa banyak orang yang datang setiap harinya bukan? lalu saat adanya pandemi ketika semua mall tutup, bagaimana mereka mempertahankan semua ke-ekslusifan mereka saat dalam krisis?

Ini menarik,

kita tahu kan, bahwa produk Apple diciptakan tidak untuk orang-orang yang membeli kuota internet bulanan saja masih mikir? maaf, maksut saya Apple diciptakan untuk orang-orang yang tidak berpikir mengenai HARGA, tidak perduli harga mahal, turun, promo, mereka tidak perduli promo karena bagi mereka promo sama halnya menjatuhkan merek itu sendiri [kami tidak murahan] katanya. so, kutipan diatas mungkin merepresentasikan, sedikit mungkin ya, saya tidak akan buka semuanya disini tentunya, tapi dalam hal diatas, kita sedang bicara mengenai kelas-kelas, ada kelas middle up dan sebaliknya, brand-brand luxury itu berfokus pada yang middle up, untuk bisa tahu bagaimana cara sebuah brand menjangkau mereka tentu mereka perlu riset dong? mereka perlu tahu apa yang disukai oleh orang-orang kelas middle up dan juga hal lebih detail lainnya, sedangkan ketika kita bertanya bagaimana strategi untuk mempertahankan brand kelas mewah saat krisis?

Sebenarnya, jauh sebelum adanya krisis, mereka sudah mengkategorikan brand mereka kepada customer yang memang bukan untuk terjual secara cepat/banyak. fokus mereka bukan hari ini terjual berapa, fokus mereka sudah next level dari sebuah produk komoditas, nah maka dari itu baik ketika kondisi krisis atau tidak, mereka tetap ada dan tidak berubah, karena mereka membangun pondasi awal brand itu memang untuk sebuah keunikan, kelangkaan dan jadi yang terbaik pada kelasnya, sehingga jenis ini tidak beroritasi pada materi semata.

jika ada lanjutan, nanti disambung… salam

M. Nahrowi

Click to rate this post!
[Total: 1 Average: 5]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *