M. Nahrowi | Official Site

Dilema Inovasi Mentok Pebisnis Glodok Bermental Underdog

Glodok-Jakarta, apakah dunia bisnis elektronika sedang tidak baik-baik saja? siang ini pergi ke glodok untuk bertemu salah satu pemain industri sebut saja “general supplier” untuk berbagai macam alat. Datang untuk mendengarkan kisah perjalanan foundernya sama halnya membaca ratusan buku tanpa harus membaca bagi saya. Setiap founder pastilah dia entrepreneur, tapi Entrepreneur belum tentu pebisnis yang handal, yang menarik pebisnis yang handal belum tentu punya manajemen yang baik.

Datang untuk mendengarkan, ngobrol santai dan saya melihat beberapa hal yang saya perlu benahi, kata kuncinya adalah “efisien” saya sangat peduli dengan efisien, karena dalam bidang bisnis saya berfokus kepada lean management. Dimana, seharusnya jika ada jalan yang pendek kenapa harus mencari jalan panjang?

Ok, mari kita bedah lagi, saya melihat mereka terlalu sibuk, dan kebanyakan orang-orang di Glodok adalah orang sibuk, sibuk tidak selalu berkonotasi kurang baik, tapi jika kita sibuk maka jawabannya adalah belum adanya manajemen automasi, cara memimpin bisnis juga ownership. Semua itu, baru saya lihat dari saat ngobrol dan hiruk pikuk area sana.

Lalu saya lanjut mendengarkan mereka bercerita, hingga ada satu moment dimana mereka bilang : saya sudah banyak inovasi, saya sudah coba ini dan itu, itu gampang dan mudah diatasi. saya coba highlight, bahwa saya sudah banyak inovasi menjadikan point penting saya ketika belajar tentang manajemen inovasi, apa itu? saat kita bilang kita sudah mencoba banyak hal dan cukup, sebenarnya kita berhenti. Nah, dari kalimat itulah saya menangkap alasan kenapa glodok menjadi sepi.

Kenapa? KARENA MEREKA MENOLAK ADAPTASI.

Profesor saya bilang : dunia ini terus berubah, dunia ini sangat dinamis, jangan bergantung dengan ilmu lama karena ilmu terus berkembang, teruslah mencari ilmu baru dan jangan pernah bilang kamu sudah cukup ilmu, atau tidak kamu akan berubah menjadi tertinggal.

Dunia ini terus berubah, digital, AI dan semuanya. sangat cepat dan jika kita TIDAK MAU MENEMPATKAN DIRI SEBAGAI SEORANG YANG TERUS BELAJAR. maka bersiap untuk tertinggal, ditinggalkan oleh teknologi, nah dari semua diskusi obrolan itu, saya melihat bahwa ini bukan tentang tidak ada peluang, tapi karena adanya mindset untuk menolak adanya perubahan, sedangkan perubahan akan terus berubah, tidak perduli kita menolak atau menerima.

Siapa yang berubah dan adaptif dia yang akan mengikuti zamannya. Tapi lagi-lagi, kita tidak bisa memaksa seseorang untuk bisa berubah dan mau menerima bahwa dunia ini terus berubah, beberapa orang ada yang meyakini bahwa saya yang benar, dan saya yakin saya bisa, idealisme yang menyatakan bahwa : strategi saya dalam bisnis sudah terbaik, itu menjadi hal berbahaya, padahal untuk bisa memutuskan kita butuh riset, data, analystic.

Nah, inilah yang membuat saya menyimpulkan, kenapa kebanyakan glodok gulung tikar, jawabannya adalah tentang adaptif. Mereka adalah orang-orang entrepreneur dengan mental baja, tahan banting, gas terus, tapi mereka terkadang lupa bahwa ada cara yang lebih cerdik dan efisien untuk hasil yang sama, teknologi salah satunya.

Jadi, saya mendapatkan kalimat menarik :

Mereka adalah inovator, tapi terkadang mereka lupa untuk siapa inovasi itu dibuat, dan bagus tidaknya inovasi mereka bukan mereka yang menentukan tapi market. Idealisme itulah yang membuat mereka ditinggalkan perlahan.

Click to rate this post!
[Total: 0 Average: 0]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *